TEORI PENETRASI SOSIAL
Teori penetrasi sosial sudah diterima secara luas oleh sejumlah
ilmuwan dari disiplin ilmu komunikasi. Adapun asumsi-asumsi dasar dari teori
penetrasi sosial ini adalah:
Pertama, hubungan
komunikasi di antara orang dimulai pada tahapan supervisial dan bergerak pada
sebuah kontinum menuju tahapan yang lebih intim. Namun demikian, tidak semua
hubungan terletak pada titik ekstrem baik tidak intim maupun intim. Bahkan
banyak dari hubungan kita terletak pada suatu titik di antara dua kutub
tersebut.
Asumsi kedua dari teori penetrasi sosial berhubungan dengan
prediktabilitas. Secara khusus para teoritikus berpendapat bahwa
hubungan-hubungan berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi. Beberapa
orang mungkin memiliki kesulitan untuk menerima klaim ini. Hubungan seperti
proses komunikasi bersifat dinamis dan terus-menerus berubah, tetapi bahkan
sebuah hubungan yang dinamis mengikuti standar dan pola perkembangan yang dapat
diterima.
Asumsi ketiga, berhubungan dengan pemikiran bahwa perkembangan
hubungan mencakup depenetrasi dan disolusi. Berbicara mengenai penarikan diri
dan disolusi, Altman dan Taylor mengatakan kemiripan proses ini dengan sebuah
film yang diputar mundur. Sebagaimana komunikasi memungkinkan sebuah hubungan
untuk bergerak maju menuju tahap keintiman, komunikasi dapat menggerakkan
hubungan untuk mundur menuju tahap ketidakintiman. Jika suatu komunikasi penuh
dengan konflik dan konflik ini terus-menerus berlanjut menuju destruktif dan
tidak bisa diselesaikan, hubungan ini mungkin akan mengambil langkah mundur dan
menjadi lebih jauh.
Jika sebuah hubungan mengalami depenetrasi, hal itu tidak berarti
bahwa hubungan itu tidak secara otomatis hilang atau berakhir. Seringkali suatu
hubungan akan mengalami transgresi. Atau pelanggaran aturan, pelaksanaan dan
harapan dalam berhubungan. Anda mungkin yakin bahwa konflik atau transgresi
hubungan akan menyebabkan disolusi, tetapi penarikan diri tidak serta merta
berarti bahwa suatu hubungan sudah hancur.
Asumsi terakhir dari teori penetrasi sosial adalah bahwa pembukaan
diri merupakan inti dari perkembangan hubungan. Pembukaan diri (Self
disclosure) dapat secara umum didefinisikan sebagai proses pembukaan
informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain yang memiliki tujuan.
Biasanya informasi yang ada dalam pembukaan diri adalah informasi yang
signifikan.
Menurut Altman dan Taylor (1973) hubungan yang tidak intim bergerak
menuju hubungan yang intim karena adanya keterbukaan diri. Proses ini
memungkinkan seseorang untuk saling mengenal dalam sebuah hubungan. Pembukaan
diri membantu mmbentuk hubungan masa kini dan masa depan antara dua orang dan
membuat diri terbuka terhadap orang lain dalam memberikan kepuasaan yng
intrinsik. Akhirnya kita harus melihat bahwa pembukaan diri dapat bersifat
strategis dan nontrategis. Maksudnya dalam beberapa hubungan kita cenderung
untuk merencanakan apa yang akan kita katakan pada orang lain. Dalam situasi
lainnya pembukaan diri kita mungkin terjadi secara spontan. Pembukaan diri
secara spontan secara luas berkembang dalam masyarakat kita. Bahkan para
peneliti telah menggunakan istilah “fenomena orang asing dalam kereta” untuk
merujuk pada waktu ketika orang membuka informasi pada orang yang sama sekali
asing di area public.
Tahapan
Proses Penetrasi Sosial
1) Orientasi: Membuka Sedikit demi sedikit
Tahap paling awal dari interaksi, disebut sebagai tahap orientasi (orientation
stage), terjadi pada tingkat publik; hanya sedikit mengenai diri kita yang
terbuka untuk orang lain. Selama tahapan ini, pernyataan-pernyataan yang dibuat
biasanya hanya hal-hal yang klise dan merefleksikan aspek superfisial dari
seorang individu. Orang biasanya bertindak sesuai dengan cara yang dianggap
baik secara sosial dan berhati-hati untuk tidak melanggar harapan sosial.
Selain itu, individu-individu tersenyum manis dan bertindak sopan pada tahapan
orientasi.
Taylor dan Altman (1987)
menyatakan bahwa orang cenderung tidak mengevaluasi atau mengkritik selama
tahap orientasi. Perilaku ini akan dipersepsikan sebagai ketidakwajaran oleh
orang lain dan mungkin akan merusak interaksi selanjutnya. Jika evaluasi
terjadi, teoritikus percaya bahwa kondisi itu akan diekspresikan dengan sangat
halus. Selain itu, kedua individu secara aktif menghindari setiap konflik
sehingga mereka mempunyai kesempatan berikutnya untuk menilai diri mereka
masing-masing.
Contoh:
Ketika saya menjadi Mahasiswa Baru, saya mulai berkenalan dengan teman
sekelas saya yang bernama Husna. Kami saling melemparkan pertanyaan-pertanyaan
umum seperti nama, asal sekolah sebelumnya, tempat tinggal, dll.
2) Pertukaran Penjajakan Afektif: Munculnya Diri
Dalam tahap orientasi, para interaktan berhati-hati untuk tidak membuka
diri terlalu banyak terhadap satu sama lain. Tahap pertukaran penjajakan
afektif (exploratory affective exchange
stage) merupakan perluasan area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek
dari kepribadian seorang individu mulai muncul. Apa yang tadinya privat menjadi
publik. Para teoritikus mengamati bahwa tahap ini setara dengan hubungan yang
kita miliki dengan kenalan dan tetangga yang baik. Seperti tahap-tahap lainnya,
tahap ini juga melibatkan perilaku verbal dan nonverbal. Orang mungkin mulai
untuk menggunakan beberapa frase yang hanya dapat dimengerti oleh mereka yang
terlibat didalam hubungan.
Terdapat sedikit
spontanitas dalam komunikasi karena individu-individu merasa lebih nyaman
dengan satu sama lain, dan mereka tidak begitu hati-hati akan kelepasan
berbicara mengenai sesuatu yang nantinya akan mereka sesalkan. Selain itu,
lebih banyak perilaku menyentuh dan tampilan afeksi (seperti ekspresi wajah)
dapat menjadi bagian dari komunikasi dengan orang satunya. Taylor dan Altman
mengatakan kepada kita bahwa banyak hubungan tidak bergerak melebihi tahapan
ini.
Contoh:
Ketika saya sudah cukup lama berteman dengan Husna, kami mulai bertukar
pikiran lebih banyak dan tidak ada kecanggungan untuk mengungkapkan pendapat.
Saat diberi tugas oleh Dosen, kami sepakat untuk mengerjakannya bersama.
Ditengah-tengah diskusi, tak jarang perbedaan pendapat muncul, namun hal itu
kami anggap lumrah terjadi.
3) Pertukaran Afektif: Komitmen dan Kenyamanan
Tahap ini ditandai oleh persahabatan yang dekat dan pasangan yang intim.
Tahap pertukaran afektif (affective
exchange stage) termasuk interaksi yang lebih “tanpa beban dan santai”
dimana komunikasi sering kali berjalan spontan dan individu membuat keputusan
yang tepat, sering kali dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan
secara keseluruhan. Tahap pertukaran afektif menggambarkan komitmen lebih
lanjut kepada individu lainnya; para interaktan merasa nyaman satu dengan
lainnya.
Tahap ini mencakup
nuansa-nuansa hubungan yang membuatnya menjadi unik; senyuman mungkin
menggantikan untuk kata “saya mengerti”, atau pandangan yang menusuk diartikan
sebagai, “kita bicarakan ini nanti”. Kita mungkin juga menemukan
inividu-individu yang menggunakan idiom pribadi
(personal idiom) yang
merupakan cara pribadi dalam mengekspresikan sebuah keintiman hubungan melalui
kata-kata, frase, atau perilaku. Ekspresi idiomatik – seperti “sweetie” – memiliki makna yang unik
untuk dua orang dalam sebuah hubungan. Idiom ini berbeda dari frase istilah
pada pertukaran penjajakan afektif karena idiom-idiom biasanya menggambarkan
hubungan yang lebih mapan, sedangkan frase istilah mungkin dapat muncul pada
setiap titik dalam interaksi awal. Tahapan ini mungkin meliputi beberapa
kritik. Seperti yang dikatakan para teoritikus, kritik, ketidakramahan dan
ketidaksetujuan mungkin ada “tanpa dianggap sebagai ancaman bagi hubungan
secara keseluruhan”.
Contoh: Pada tahan ini, saya dan Husna menjadi lebih akrab, tidak hanya
di kampus. Kami mulai memikirkan untuk berekreasi bersama atau sekadar mencari
tempat makan. Selain itu, Husna pun sering menginap di rumah saya dan sesi
curhat pun tak ketinggalan. Pada tahap ini kami lebih terbuka dan lebih intim
satu sama lain.
4) Pertukaran Stabil: Kejujuran Total dan Keintiman
Tahap keempat dan terakhir, pertukaran stabil, dicapai dalam sedikit
hubungan. Tahap pertukaran stabil (stable
exchange stage) berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan
perilaku secara terbuka yang mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan
hubungan yang tinggi. Dalam tahap ini, pasangan berada dalam tingkat keintiman
tinggi dan sinkron; maksudnya, perilaku-perilaku diantara keduanya kadang kala
terjadi kembali, dan pasangan mampu untuk menilai dan menduga perilaku
pasangannya dengan cukup akurat. Kadang kala, pasangan mungkin menggoda satu
sama lain mengenai suatu topik atau orang lain. Menggoda disini dilakukan
dengan cara yang bersahabat.
Para teoretikus
Penetrasi Sosial percaya bahwa terdapat relatif sedikit kesalahan atau
kesalahan interpretasi dalam memaknai komnikasi pada tahap ini. Alasan untuk
hal ini sangat sederhana; kedua pasangan ini telah mempunyai banyak kesempatan
untuk mengklarifikasi setiap ambiguitas yang pernah ada dan mulai untuk
membentuk sistem komunikasi pribadinya. Sebagai hasilnya, komunikasi bersifat
efisien.
Tahap penukaran stabil
menyatakan bahwa makna yang jelas dan tidak ambigu. Pendekatan tahapan menuju
keintiman ini dapat diwarnai dengan letupan-letupan periodik dan perlambatan
pada perjalanannya. Selain itu, tahapan-tahapan ini bukan merupakan gambaran
yang penuh mengenai proses keintiman. Terdapat sejumlah pengaruh lain, termasuk
latar belakang dan nilai-nilai pribadi seseorang serta lingkungan dimana
hubungan mereka terjadi. Proses penetrasi sosial adalah sebuah pengalaman
memberi dan menerima diamana kedua pasangan berusaha untuk menyeimbangkan
kebutuhan individu mereka dengan kebutuhan hubungan.
Contoh: ketika saya
memiliki masalah baik itu masalah yang saya ceritakan secara langsung maupun
masalah yang hanya terlihat dari mimik wajah, Husna selalu memberikan
masukan-masukan dan mencoba membantu memberikan solusi.
Sumber:
Rohim, Syaiful.
2009. TEORI KOMUNIKASI perspektif, ragam & aplikasi. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar