Goresan Pena Risky Amaliyah

Rabu, 29 Juni 2016

TEORI PENETRASI SOSIAL



TEORI PENETRASI SOSIAL

          Teori penetrasi sosial sudah diterima secara luas oleh sejumlah ilmuwan dari disiplin ilmu komunikasi. Adapun asumsi-asumsi dasar dari teori penetrasi sosial ini adalah:
            Pertama, hubungan komunikasi di antara orang dimulai pada tahapan supervisial dan bergerak pada sebuah kontinum menuju tahapan yang lebih intim. Namun demikian, tidak semua hubungan terletak pada titik ekstrem baik tidak intim maupun intim. Bahkan banyak dari hubungan kita terletak pada suatu titik di antara dua kutub tersebut.
Asumsi kedua dari teori penetrasi sosial berhubungan dengan prediktabilitas. Secara khusus para teoritikus berpendapat bahwa hubungan-hubungan berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi. Beberapa orang mungkin memiliki kesulitan untuk menerima klaim ini. Hubungan seperti proses komunikasi bersifat dinamis dan terus-menerus berubah, tetapi bahkan sebuah hubungan yang dinamis mengikuti standar dan pola perkembangan yang dapat diterima.
Asumsi ketiga, berhubungan dengan pemikiran bahwa perkembangan hubungan mencakup depenetrasi dan disolusi. Berbicara mengenai penarikan diri dan disolusi, Altman dan Taylor mengatakan kemiripan proses ini dengan sebuah film yang diputar mundur. Sebagaimana komunikasi memungkinkan sebuah hubungan untuk bergerak maju menuju tahap keintiman, komunikasi dapat menggerakkan hubungan untuk mundur menuju tahap ketidakintiman. Jika suatu komunikasi penuh dengan konflik dan konflik ini terus-menerus berlanjut menuju destruktif dan tidak bisa diselesaikan, hubungan ini mungkin akan mengambil langkah mundur dan menjadi lebih jauh.
Jika sebuah hubungan mengalami depenetrasi, hal itu tidak berarti bahwa hubungan itu tidak secara otomatis hilang atau berakhir. Seringkali suatu hubungan akan mengalami transgresi. Atau pelanggaran aturan, pelaksanaan dan harapan dalam berhubungan. Anda mungkin yakin bahwa konflik atau transgresi hubungan akan menyebabkan disolusi, tetapi penarikan diri tidak serta merta berarti bahwa suatu hubungan sudah hancur.
Asumsi terakhir dari teori penetrasi sosial adalah bahwa pembukaan diri merupakan inti dari perkembangan hubungan. Pembukaan diri (Self disclosure) dapat secara umum didefinisikan sebagai proses pembukaan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain yang memiliki tujuan. Biasanya informasi yang ada dalam pembukaan diri adalah informasi yang signifikan.
Menurut Altman dan Taylor (1973) hubungan yang tidak intim bergerak menuju hubungan yang intim karena adanya keterbukaan diri. Proses ini memungkinkan seseorang untuk saling mengenal dalam sebuah hubungan. Pembukaan diri membantu mmbentuk hubungan masa kini dan masa depan antara dua orang dan membuat diri terbuka terhadap orang lain dalam memberikan kepuasaan yng intrinsik. Akhirnya kita harus melihat bahwa pembukaan diri dapat bersifat strategis dan nontrategis. Maksudnya dalam beberapa hubungan kita cenderung untuk merencanakan apa yang akan kita katakan pada orang lain. Dalam situasi lainnya pembukaan diri kita mungkin terjadi secara spontan. Pembukaan diri secara spontan secara luas berkembang dalam masyarakat kita. Bahkan para peneliti telah menggunakan istilah “fenomena orang asing dalam kereta” untuk merujuk pada waktu ketika orang membuka informasi pada orang yang sama sekali asing di area public.
Tahapan Proses Penetrasi Sosial
1)      Orientasi: Membuka Sedikit demi sedikit
Tahap paling awal dari interaksi, disebut sebagai tahap orientasi  (orientation stage), terjadi pada tingkat publik; hanya sedikit mengenai diri kita yang terbuka untuk orang lain. Selama tahapan ini, pernyataan-pernyataan yang dibuat biasanya hanya hal-hal yang klise dan merefleksikan aspek superfisial dari seorang individu. Orang biasanya bertindak sesuai dengan cara yang dianggap baik secara sosial dan berhati-hati untuk tidak melanggar harapan sosial. Selain itu, individu-individu tersenyum manis dan bertindak sopan pada tahapan orientasi.
            Taylor dan Altman (1987) menyatakan bahwa orang cenderung tidak mengevaluasi atau mengkritik selama tahap orientasi. Perilaku ini akan dipersepsikan sebagai ketidakwajaran oleh orang lain dan mungkin akan merusak interaksi selanjutnya. Jika evaluasi terjadi, teoritikus percaya bahwa kondisi itu akan diekspresikan dengan sangat halus. Selain itu, kedua individu secara aktif menghindari setiap konflik sehingga mereka mempunyai kesempatan berikutnya untuk menilai diri mereka masing-masing.
Contoh:
Ketika saya menjadi Mahasiswa Baru, saya mulai berkenalan dengan teman sekelas saya yang bernama Husna. Kami saling melemparkan pertanyaan-pertanyaan umum seperti nama, asal sekolah sebelumnya, tempat tinggal, dll.
2)      Pertukaran Penjajakan Afektif: Munculnya Diri
Dalam tahap orientasi, para interaktan berhati-hati untuk tidak membuka diri terlalu banyak terhadap satu sama lain. Tahap pertukaran penjajakan afektif (exploratory affective exchange stage) merupakan perluasan area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul. Apa yang tadinya privat menjadi publik. Para teoritikus mengamati bahwa tahap ini setara dengan hubungan yang kita miliki dengan kenalan dan tetangga yang baik. Seperti tahap-tahap lainnya, tahap ini juga melibatkan perilaku verbal dan nonverbal. Orang mungkin mulai untuk menggunakan beberapa frase yang hanya dapat dimengerti oleh mereka yang terlibat didalam hubungan.
            Terdapat sedikit spontanitas dalam komunikasi karena individu-individu merasa lebih nyaman dengan satu sama lain, dan mereka tidak begitu hati-hati akan kelepasan berbicara mengenai sesuatu yang nantinya akan mereka sesalkan. Selain itu, lebih banyak perilaku menyentuh dan tampilan afeksi (seperti ekspresi wajah) dapat menjadi bagian dari komunikasi dengan orang satunya. Taylor dan Altman mengatakan kepada kita bahwa banyak hubungan tidak bergerak melebihi tahapan ini.
Contoh:
Ketika saya sudah cukup lama berteman dengan Husna, kami mulai bertukar pikiran lebih banyak dan tidak ada kecanggungan untuk mengungkapkan pendapat. Saat diberi tugas oleh Dosen, kami sepakat untuk mengerjakannya bersama. Ditengah-tengah diskusi, tak jarang perbedaan pendapat muncul, namun hal itu kami anggap lumrah terjadi.

3)      Pertukaran Afektif: Komitmen dan Kenyamanan
Tahap ini ditandai oleh persahabatan yang dekat dan pasangan yang intim. Tahap pertukaran afektif (affective exchange stage) termasuk interaksi yang lebih “tanpa beban dan santai” dimana komunikasi sering kali berjalan spontan dan individu membuat keputusan yang tepat, sering kali dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan. Tahap pertukaran afektif menggambarkan komitmen lebih lanjut kepada individu lainnya; para interaktan merasa nyaman satu dengan lainnya.
            Tahap ini mencakup nuansa-nuansa hubungan yang membuatnya menjadi unik; senyuman mungkin menggantikan untuk kata “saya mengerti”, atau pandangan yang menusuk diartikan sebagai, “kita bicarakan ini nanti”. Kita mungkin juga menemukan inividu-individu yang menggunakan idiom pribadi  (personal idiom) yang merupakan cara pribadi dalam mengekspresikan sebuah keintiman hubungan melalui kata-kata, frase, atau perilaku. Ekspresi idiomatik – seperti “sweetie” – memiliki makna yang unik untuk dua orang dalam sebuah hubungan. Idiom ini berbeda dari frase istilah pada pertukaran penjajakan afektif karena idiom-idiom biasanya menggambarkan hubungan yang lebih mapan, sedangkan frase istilah mungkin dapat muncul pada setiap titik dalam interaksi awal. Tahapan ini mungkin meliputi beberapa kritik. Seperti yang dikatakan para teoritikus, kritik, ketidakramahan dan ketidaksetujuan mungkin ada “tanpa dianggap sebagai ancaman bagi hubungan secara keseluruhan”.
Contoh: Pada tahan ini, saya dan Husna menjadi lebih akrab, tidak hanya di kampus. Kami mulai memikirkan untuk berekreasi bersama atau sekadar mencari tempat makan. Selain itu, Husna pun sering menginap di rumah saya dan sesi curhat pun tak ketinggalan. Pada tahap ini kami lebih terbuka dan lebih intim satu sama lain.

4)      Pertukaran Stabil: Kejujuran Total dan Keintiman
Tahap keempat dan terakhir, pertukaran stabil, dicapai dalam sedikit hubungan. Tahap pertukaran stabil (stable exchange stage) berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka yang mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi. Dalam tahap ini, pasangan berada dalam tingkat keintiman tinggi dan sinkron; maksudnya, perilaku-perilaku diantara keduanya kadang kala terjadi kembali, dan pasangan mampu untuk menilai dan menduga perilaku pasangannya dengan cukup akurat. Kadang kala, pasangan mungkin menggoda satu sama lain mengenai suatu topik atau orang lain. Menggoda disini dilakukan dengan cara yang bersahabat.
            Para teoretikus Penetrasi Sosial percaya bahwa terdapat relatif sedikit kesalahan atau kesalahan interpretasi dalam memaknai komnikasi pada tahap ini. Alasan untuk hal ini sangat sederhana; kedua pasangan ini telah mempunyai banyak kesempatan untuk mengklarifikasi setiap ambiguitas yang pernah ada dan mulai untuk membentuk sistem komunikasi pribadinya. Sebagai hasilnya, komunikasi bersifat efisien.
            Tahap penukaran stabil menyatakan bahwa makna yang jelas dan tidak ambigu. Pendekatan tahapan menuju keintiman ini dapat diwarnai dengan letupan-letupan periodik dan perlambatan pada perjalanannya. Selain itu, tahapan-tahapan ini bukan merupakan gambaran yang penuh mengenai proses keintiman. Terdapat sejumlah pengaruh lain, termasuk latar belakang dan nilai-nilai pribadi seseorang serta lingkungan dimana hubungan mereka terjadi. Proses penetrasi sosial adalah sebuah pengalaman memberi dan menerima diamana kedua pasangan berusaha untuk menyeimbangkan kebutuhan individu mereka dengan kebutuhan hubungan.
            Contoh: ketika saya memiliki masalah baik itu masalah yang saya ceritakan secara langsung maupun masalah yang hanya terlihat dari mimik wajah, Husna selalu memberikan masukan-masukan dan mencoba membantu memberikan solusi.

           

Sumber:
Rohim, Syaiful. 2009. TEORI KOMUNIKASI perspektif, ragam & aplikasi. Jakarta: PT      Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar