Goresan Pena Risky Amaliyah

Selasa, 07 April 2015

Bungker, peninggalan sejarah Jepang di Desa Lakkang

Desa Lakkang menjadi salah satu tempat wisata di kota Makassar, tepatnya di kecamatan Tallo, kelurahan Lakkang kota Makassar. Ketertarikan masyarakat untuk berkunjung di desa ini memiliki alasan tersendiri. Uci, salah satu pengunjung mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya ke desa Lakkang. “ini pertama kali saya kesini, tempatnya lumayan bagus” tutur mahasiswi UMI ini.
Untuk sampai ke desa Lakkang, terlebih dahulu kita harus ke dermaga kera-kera. Di dermaga inilah terdapat alat transportasi berupa dua perahu kecil yang disambungkan dengan papan lebar. Warga sekitar menyebut alat transportasi tersebut dengan sebutan katinting. Katinting yang digunakan untuk sampai ke desa Lakkang membutuhkan waktu kurang lebih 25 menit. Biaya transportasinya pun relatif murah, yaitu Rp. 3000 untuk menyeberangi sungai Tallo tersebut.
Di desa ini memiliki peninggalan sejarah dari Jepang. Masyarakat desa Lakkang menyebutnya Bunker. Bunker ini dibangun oleh orang jepang dan masyarakat desa lakkang. Saat pembangunan bunker, masyarakat desa Lakkang di beri upah berupa sembako seperti beras, gula dan lain-lain.

Bunker yang dibuat di bawah tanah ini merupakan tempat persembunyian orang Jepang dari Belanda semasa perang. Diperkirakan bunker telah berusia sekitar 74 tahun. “kalau tidak salah, sudah sekitar 74 tahun” ujar S. Dg. Nyampa selaku kepala dewan adat desa Lakkang saat ditemui di kediamannya. Fungsi bunker sendiri, selain tempat persembunyian orang Jepang dari musuh, juga merupakan tempat penyimpanan sembako.
Saat ini, bunker sering dikunjungi oleh masyarakat lokal hingga mancanegara. Kepala dewan adat desa ini  juga mengatakan banyak orang dari luar negeri yang datang untuk melihat bunker. “selain masyarakat disini, dari negara lain juga sering berkunjung, seperti dari Jepang, Filipina, Malaysia” tuturnya. (Ky/Ans)